Selamat Natal Menurut Al-Qur'an


dikutip dari : http://media.isnet.org/islam/Quraish/Membumi/Natal.html
Natal menurut pandangan Islam, seputar kontroversi "haram" mengucapkan Natal kepada umat Kristen yang merayakan Natal. Bahwa tidak semua umat Islam menganggap bahwa mengucapkan Selamat Hari Natal kepada umat Kristen adalah "haram".  Ternyata sebagian umat Islam dengan tulus mengucapkan Selamat Hari Natal kepada umat Kristen. Bahkan Al Quran pun mengucapkan Natal. Berikut ungkapan ucapan Natal pertama kali diucapkan dalam Al Quran.

        Selamat Natal Menurut Al-Qur'an

    Sakit perut menjelang persalinan, memaksa Maryam
    bersandar ke pohon kurma. Ingin rasanya beliau
    mati, bahkan tidak pernah hidup sama sekali.
    Tetapi Malaikat Jibril datang menghibur: "Ada anak
    sungai di bawahmu, goyanghan pangkal pohon kurma
    ke arahmu, makan, minum dan senangkan hatimu.
    Kalau ada yang datang katakan: 'Aku bernazar tidak
    bicara.'"
   
    "Hai Maryam, engkau melakukan yang amat buruk.
    Ayahmu bukan penjahat, ibumu pun bukan penzina,"
    demikian kecaman kaumnya, ketika melihat bayi di
    gendongannya. Tetapi Maryam terdiam. Beliau hanya
    menunjuk bayinya. Dan ketika itu bercakaplah sang
    bayi menjelaskan jati dirinya sebagai hamba Allah
    yang diberi Al-Kitab, shalat, berzakat serta
    mengabdi kepada ibunya. Kemudian sang bayi berdoa:
    "Salam sejahtera (semoga) dilimpahkan kepadaku
    pada hari kelahiranku, hari wafatku, dan pada hari
    ketika aku dibangkitkan hidup kembali."
         
Itu cuplikan kisah Natal dari Al-Quran Surah Maryam ayat 34.
Dengan  demikian, Al-Quran mengabadikan dan merestui ucapan
selamat Natal pertama dari dan untuk  Nabi  mulia  itu,  Isa
a.s.

Terlarangkah   mengucapkan   salam   semacam  itu?  Bukankah
Al-Quran telah memberikan contoh? Bukankah  ada  juga  salam
yang  tertuju  kepada  Nuh,  Ibrahim,  Musa, Harun, keluarga
Ilyas, serta para nabi lainnya? Setiap Muslim harus  percaya
kepada  Isa a.s. seperti penjelasan ayat di atas, juga harus
percaya kepada Muhammad saw., karena keduanya  adalah  hamba
dan  utusan  Allah. Kita mohonkan curahan shalawat dan salam
untuk. mereka berdua sebagaimana kita mohonkan untuk seluruh
nabi  dan  rasul.  Tidak  bolehkah kita merayakan hari lahir
(natal) Isa a.s.? Bukankah Nabi  saw.  juga  merayakan  hari
keselamatan  Musa a.s. dari gangguan Fir'aun dengan berpuasa
'Asyura, seraya bersabda,  "Kita  lebih  wajar  merayakannya
daripada orang Yahudi pengikut Musa a.s."

Bukankah,  "Para Nabi bersaudara hanya ibunya yang berbeda?"
seperti disabdakan Nabi Muhammad saw.? Bukankah seluruh umat
bersaudara?  Apa  salahnya  kita  bergembira  dan  menyambut
kegembiraan saudara kita dalam batas  kemampuan  kita,  atau
batas  yang  digariskan  oleh  anutan  kita?  Demikian lebih
kurang pandangan satu pendapat.

Banyak persoalan yang berkaitan  dengan  kehidupan  Al-Masih
yang   dijelaskan   oleh   sejarah   atau  agama  dan  telah
disepakati, sehingga harus diterima. Tetapi, ada  juga  yang
tidak dibenarkan atau diperselisihkan. Disini, kita berhenti
untuk merujuk kepercayaan kita.

Isa a.s. datang mermbawa  kasih,  "Kasihilah  seterumu  dan
doakan  yang  menganiayamu."  Muhammad  saw. datang membawa
rahmat, "Rahmatilah yang di dunia, niscaya yang  di  langit
merahmatimu."  Manusia  adalah fokus ajaran keduanya; karena
itu, keduanya bangga dengan kemanusiaan.

Isa menunjuk  dirinya  sebagai  "anak  manusia,"  sedangkan
Muhammad  saw. diperintah:kan oleh Allah untuk berkata: "Aku
manusia seperti kamu." Keduanya datang  membebaskan  manusia
dari  kemiskinan ruhani, kebodohan, dan belenggu penindasan.
Ketika orang-orang mengira bahwa  anak  Jailrus  yang  sakit
telah   mati,   Al-Masih   yang  menyembuhkannya  meluruskan
kekeliruan mereka dengan berkata, "Dia  tidak  mati,  tetapi
tidur."  Dan ketika terjadi gerhana pada hari wafatnya putra
Muhammad, orang berkata: "Matahari mengalami gerhana karena
kematiannya." Muhammad saw. lalu menegur, "Matahari tidak
mengalami gerhana karena kematian atau  kehahiran  seorang."
Keduanya  datang membebaskan maanusia baik yang kecil, lemah
dan tertindas -dhu'afa' dan al-mustadh'affin  dalam  istilah
Al-Quran.

Bukankah ini satu dari sekian titik temu antara Muhammad dan
Al-Masih? Bukankah ini sebagian dari kandungan Kalimat Sawa'
(Kata  Sepakat)  yang  ditawarkan  Al-Quran  kepada penganut
Kristen (dan Yahudi (QS 3:64)? Kalau demikian, apa  salahnya
mengucapkan   selamat   natal,  selama  akidah  masih  dapat
dipelihara dan selama ucapan itu  sejalan  dengan  apa  yang
dimaksud  oleh  Al-Quran  sendiri  yang  telah  mengabadikan
selamat natal itu?

Itulah antara lain alasan yang  membenarkan  seorang  Muslim
mengucapkan selamat atau menghadiri upacara Natal yang bukan
ritual . Di sisi lain,  marilah  kita  menggunakan  kacamata
yang melarangnya.

Agama,   sebelum   negara,   menuntut  agar  kerukunan  umat
dipelihara. Karenanya salah,  bahkan  dosa,  bila  kerukunan
dikorbankan  atas  nama agama. Tetapi, juga salah serta dosa
pula, bila kesucian akidah  ternodai  oleh  atau  atas  nama
kerukunan.

Teks  keagamaan  yang  berkaitan dengan akidah sangat jelas,
dan tidak juga rinci. Itu semula untuk menghindari kerancuan
dan  kesalahpahaman. Bahkan Al-Q!uran tidak menggunakan satu
kata yang mungkin dapat menimbulkan  kesalahpahaman,  sampai
dapat   terjamin   bahwa   kata   atau  kalimat  itu,  tidak
disalahpahami. Kata "Allah," misalnya, tidak digunakan  oleh
Al-Quran,   ketika   pengertian  semantiknya  yang  dipahami
masyarakat jahiliah belum  sesuai  dengan  yang  dikehendaki
Islam.  Kata  yang digunakan sebagai ganti ketika itu adalah
Rabbuka  (Tuhanmu,  hai  Muhammad)  Demikian  terlihat  pada
wahlyu  pertama  hingga  surah  Al-Ikhlas.  Nabi saw. sering
menguji pemahaman umat tentang Tuhan. Beliau tidak sekalipun
bertanya, "Dimana Tuhan?" Tertolak riwayat sang menggunakan
redaksi itu karena ia  menimbulkan  kesan  keberadaan  Tuhan
pada  satu  tempat,  hal yang mustahil bagi-Nya dan mustahil
pula diucapkan oleh Nabi. Dengan alasan serupa,  para  ulama
bangsa  kita  enggan  menggunakan  kata  "ada"  bagi Tuhan,
tetapi "wujud Tuhan."

Natalan, walaupun berkaitan  dengan  Isa  Al-Masih,  manusia
agung  lagi  suci  itu, namun ia dirayakan oleh umat Kristen
yang pandangannya terhadap Al-Masih berbeda dengan pandangan
Islam.  Nah,  mengucapkan  "Selamat Natal" atau menghadiri
perayaannya  dapat  menimbulkan  kesalahpahaman  dan   dapat
mengantar  kepada  pengaburan  akidah.  Ini  dapat  dipahami
sebagai pengakuan akan ketuhanan  Al-Masih,  satu  keyakinan
yang  secara mutlak bertentangan dengan akidah Islam. Dengan
kacamata  itu,  lahir  larangan   dan   fatwa   haram   itu,
sampai-sampai ada yang beranggapan jangankan ucapan selamat,
aktivitas  apa  pun  yang  berkaitan  dengan   Natal   tidak
dibenarkan, sampai pada jual beli untuk keperluann Natal.

Adakah kacamata lain? Mungkin!

Seperti  terlihat,  larangan  ini  muncul dalam rangka upaya
memelihara akidah. Karena, kekhawatiran kerancuan pemahaman,
agaknya   lebih   banyak   ditujukan   kepada   mereka  yang
dikhawatirkan kabur akidahnya. Nah, kalau demikian, jika ada
seseorang  yang  ketika mengucapkannya tetap murni akidahnya
atau  mengucapkannya  sesuai  dengan   kandungan   "Selamat
Natal"   Qurani,   kemudian  mempertimbangkan  kondisi  dan
situasi dimana hal itu diucapkan, sehingga tidak menimbulkan
kerancuan akidah baik bagi dirinya ataupun Muslim yang lain,
maka agaknya tidak beralasan  adanya  larangan  itu.  Adakah
yang  berwewenang  melarang seorang membaca atau mengucapkan
dan menghayati satu ayat Al-Quran?

Dalam rangka interaksi  sosial  dan  keharmonisan  hubungan,
Al-Quran  memperkenalkan  satu  bentuk redaksi, dimana lawan
bicara   memahaminya   sesuai    dengan    pandangan    atau
keyakinannya,   tetapi  bukan  seperti  yang  dimaksud  oleh
pengucapnya. Karena, si  pengucap  sendiri  mengucapkan  dan
memahami   redaksi   itu   sesuai   dengan   pandangan   dan
keyakinannya. Salah  satu  contoh  yang  dikemukakan  adalah
ayat-ayat   yang   tercantum  dalam  QS  34:24-25.  Kalaupun
non-Muslim memahami ucapan "Selamat  Natal"  sesuai  dengan
keyakinannya,  maka  biarlah  demikian,  karena  Muslim yang
memahami akidahnya akan mengucapkannya sesuai  dengan  garis
keyakinannya.   Memang,  kearifan  dibutuhkan  dalam  rangka
interaksi sosial.

Tidak kelirulah, dalam kacamata ini, fatwa dan larangan itu,
bila  ia ditujukan kepada mereka yang dikhawatirkan ternodai
akidahnya.   Tetapi,   tidak   juga   salah   mereka    yang
membolehkannya,  selama  pengucapnya bersikap arif bijaksana
dan  tetap  terpelihara  akidahnya,  lebih-lebih  jika   hal
tersebut merupakan tuntunan keharmonisan hubungan.

Dostojeivsky  (1821-1881),  pengarang Rusia kenamaan, pernah
berimajinasi tentang kedatangan kembali  Al-Masih.  Sebagian
umat  Islam pun percaya akan kedatangannya kembali. Terlepas
dari penilaian terhadap imajinasi dan kepercayaan itu,  kita
dapat  memastikan  bahwa  jika  benar beliau datang, seluruh
umat berkewajiban menyambut dan mendukungnya, dan pada  saat
kehadirannya itu pasti banyak hal yang akan beliau luruskan.
Bukan saja sikap dan ucapan umatnya, tetapi juga  sikap  dan
ucapan  umat  Muhammad  saw. Salam sejahtera semoga tercurah
kepada beliau, pada  hari  Natalnya,  hari  wafat  dan  hari
kebangkitannya nanti.
  
sumber bacaan:
MEMBUMIKAN AL-QURAN
Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat
Dr. M. Quraish Shihab
Penerbit Mizan, Cetakan 13, Rajab 1417/November 1996
Jln. Yodkali 16, Bandung 40124
Telp. (022) 700931 - Fax. (022) 707038
mailto:mizan@ibm.net

-----------------------------------------------------------
Maaf tulisan di atas bukan untuk tujuan berdebat, karena perdebatan hanya menciptakan permusuhan yang seharusnya tidak ada.
Tulisan di atas, sekedar menunjukkan betapa pentingnya persahabatan dan persaudaraan dalam 2 keyakinan berbeda.

Sinterklas dan Rusa-rusanya

Rusa Sinterklas adalah sekawanan rusa kutub yang dipakai Sinterklas untuk menarik kereta salju berisi hadiah Natal untuk anak-anak. Tim rusa kutub Sinterklas terdiri dari Dasher dan Dancer, Prancer dan Vixen, Comet dan Cupid, serta Donder dan Blitzen. Nama-nama ke 8 ekor rusa tersebut sering disebut orang setelah ditulis dalam puisi A Visit from St. Nicholas terbitan tahun 1823.

Dalam puisi A Visit from St. Nicholas, Sinterklas menaiki "kereta salju berukuran miniatur, dan delapan rusa kutub kecil" serta rusa kutub yang "lebih cepat daripada elang". Puisi tersebut tidak menjelaskan tugas masing-masing rusa, namun menyebutkan bahwa mereka bisa terbang.
Dasher, Comet, Cupid adalah beberapa nama dari rusa terbang milik Santa Claus. Namun apakah kalian pernah terpikir siapa sebenarnya yang memberi nama rusa-rusa tersebut, dan adakah artinya ?

Nama rusa terbang Santa Claus adalah hasil karangan seorang cendekiawan Amerika bernama Clement Clarke Moore (1779 - 1863) dalam buku puisinya "A Visit From St. Nicholas" (1823) atau lebih terkenal dengan judul "The Night Before Christmas" sebagai hadiah Natal untuk anak-anaknya. Nama-nama rusa tersebut memang tidak memiliki arti khusus namun Clement ingin nama-nama rusa tersebut mewakili kekuatan, kecepatan, dan keanggunan.

Dasher, Comet, Cupid dipilih karena mewakili kecepatan dan terbang (Cupid dalam dongeng-dongeng memiliki sayap), sedangkan Dancer, Prancer, Vixen mewakili keanggunan - diceritakan mereka adalah rusa betina. Lalu untuk nama Donner dan Blitzen diambil dari bahasa Belanda Dunder dan Blixem yang berarti kilat dan petir untuk menggambarkan kekuatan.

Sedangkan untuk Rudolf, adalah tokoh tambahan dalam sebuah katalog gratis yang dibuat oleh Robert L. May pada tahun 1939 dalam rangka mempromosikan department store Montgomery Ward tempat ia bekerja

Mari kita kenalan dengan rusa-rusa om Santa...

1. Dasher
Dasher adalah rusa tercepat dalam kawanan tersebut. Itu sebabnya dia selalu berada di depan. Ketika semua yang lain mulai melambat, Dasher akan berusaha untuk mempertahankan kecepatan.

2. Dancer
Dancer adalah penari balet yang hebat. Ketika kereta mendarat tanah ia akan menancapkan keempat kukunya agar kereta tidak slip ketika berada di atas salju atau es yang licin.

3. Prancer
Sesuai namanya Prancer suka sekali berjingkrak , menari, berlari dan melompat. Pokoknya si Prancer ini gokil abis. Tapi dia menikmati melakukannya.

4. Vixen
Wow ? Ryan Grand Chase kah ? oh bukan, itu Viken !
"Vixen" artinya "seorang gadis kecil yang lucu". Ya itulah Vixen, rusa Santa yang imut-imut dan lucu . Oh iya, dia juga rusa terkecil di tim penarik kereta Santa loh. Tapi biarpun kecil tapi tenaganya cukup besar dan kuat.STRONG WOMEN.

5. Comet
Nama Comet diambil dari komet yang melintas di langit dengan cepat. Dia hampir secepat Dasher. Dia berada di tengah dan tugasnya mempertahankan kecepatan agar sampai tepat waktu. Kan gawat tuh kalau Santa masih terbang siang bolong gara-gara telat ngantar hadiahnya.

6. Cupid
Nah si Cupid ini yang paling banyak orang sukai. Soalnya yang paling menonjol dari Cupid adalah tanduknya yang indah.Dia juga suka meringkuk. Nah kalau si Cupid ini yang menyebarkan kebahagiaan buat anak-anak yang rumahnya dilewati Santa

7 & 8. Donder dan Blitzen
Nah ini dia pasangan yang paling kompak, Donder dan Blitzen. Nama Donder dan Blitzen diambil dari bahasa Belanda yang berarti "Thunder" dan "Lightening". Mereka adalah rusa paling besar di antara rusa-rusa Santa lainnya. Mereka ada di barisan paling belakang alias paling dekat dengan kerta Santa. Karena badannya gede tenaganya juga luar biasa. Ketika rusa lainnya mulai merasa lelah, Donder dan Blitzen masih akan kuat dan membantu tim yang lainnya agar hadiah Natal tepat dibagikan pada waktunya.

9. Rudolph The Red Nose Reindeer
Nah ini dia ni yang paling ditunggu-tunggu, Rudolph si hidung merah . Kalau malam hidung si Rudoplh ini akan bersinar. Rudolph berada paling depan kawanan rusa karena hidungnya yang bersinar bisa jadi lampu buat Santa biar gak kesasar. Waktu kecil Rudolph sering diledekin sama teman-temannya soalnya hidungnya beda sendiri. pas satu malam natal, Santa samperin tu Rudolph dan mengajaknya untuk ikut menarik kereta Santa karena hidungnya yang merah bisa menerangi perjalanan Santa. Nah mulai saat itu Rudolph jadi disukai dan tidak lagi dikucilkan.

Nah itulah ke 9 rusa-rusa penarik kereta Santa. Kalian sukanya sama yang mana?? Sebenarnya masih banyak rusa-rusa yang dimiliki Santa, ada Molly, Balderdash, Lewis, dll.

Jadi yang di depan Rudolph atau Dasher sih??
Dulu kan si Rudolph itu masih muda jadi belum masuk kawanan rusa penarik kereta, jadi yang paling depan Dasher sama Dancer, nah pas udah besar si Rudolph gabung dan ditaro di urutan Pertamaxx sama om Santa. Kalo gak salah ingat, dari 8 rusa lainnya ada ortunya si Rudoplh lho… tapi yang mana ya ? ntar deh ditanyain sama om Santa kalo ketemu lagi

Jadi yang paling depan itu adalah Rudolph sendirian, terus dibelakangnya ada pasangan Dasher(sebalah kanan) sama Dancer (sebelah kiri), terus dibelakangnya lagi (baris ketiga) ada Prancer (kanan) sama Vixen (kiri), di baris keempat ada Comet (kanan) dan Cupid (kiri) dan terakhir yang paling dekat sama Santa ada Donder (kanan) dan Blitzen (kiri), baru keretanya Santa.

----------------
Sudah dulu.... Salam Natal dan Tahun Baru
Tahun baru telah tiba ...

Kasih Sang Ibu Kepada Anaknya

Pada jaman dahulu, di Jepang ada semacam kebiasaan untuk membuang orang lanjut usia ke tengah hutan. Mereka yang sudah lemah tak berdaya dibawa ke tengah hutan yang lebat, dan selanjutnya tidak diketahui lagi nasibnya.

Pada suatu hari ada seorang anak yang membawa orang tuanya (seorang wanita tua) ke hutan untuk dibuang. Sang ibu ini sudah sangat tua. Si anak laki-laki ini menggendong ibunya sampai jauh ke tengah hutan. Mereka menempuh perjalanan yang berliku-liku, menerobos semak belukar, di sepanjang perjalanan sang ibu menabur beras. Akhirnya sampailah mereka jauh di tengah hutan, lalu si anak menurunkan sang ibu.

Ada perasaan sedih di hati si anak membuang sang ibunya, tapi entah kenapa dia tetap melakukannya. Tapi sang ibu, tetap dengan penuh kasih menatap anaknya yang tega membuang dirinya.

Ketika si anak hendak pulang, dia tidak tahu jalan kembali, sepertinya si anak juga tersesat dan tidak bisa kembali ke rumahnya.

Lalu si ibu berkata, "Nak, ibu tidak ingin kamu nanti pulang tersesat dan mendapat celaka di jalan, tadi ibu menabur beras di sepanjang perjalanan, agar kamu jadikan petunjuk untuk pulang ke rumah".

Mendengar perkataan sang ibu, si anak tertegun dan terdiam, dan perlahan-lahan menetes lah air matanya. Lalu dia memeluk ibunya erat-erat sambil menangis. Menyesal lah dia, betapa jahat dirinya, memperlakukan sang ibu yang begitu penuh kasih sayang, karena dia berniat ingin membuang sang ibu ke dalam hutan.

Lalu dia mengangkat dan menggendong ibunya, membawanya pulang, dan merawatnya dengan penuh kasih sayang sepanjang hidupnya.

------------------
Cerita di atas adalah sebuah cerita yang berasal dari Jepang. Di zaman sekarang, banyak orang tua yang terlupakan oleh sang anak. Hanya karena kesibukan sang anak, sehingga melupakan sang orang tua yang selalu memikirkan sang anak. Hal ini sama saja dengan orang tua yang terbuang. Kadang orang tua dimasukkan ke panti jompo, dan terlupakan. Orang tua tidak meminta apa-apa dari sang anak. Orang tua hanya perlu ucapan 'halo ma!, halo pa!", apa kabar?". Itu pun sudah cukup bagi mereka. Mereka akan bahagia di hari tuanya, dan merasa sang anak tetap memperhatikan mereka.

Mudah-mudahan kisah di atas membuka pintu hati kita, mengingat perjuangan mereka membesarkan kita dari waktu kita belum bisa apa-apa, hingga memberi bekal kehidupan sampai saat ini.

Puji Tuhan, Haleluya
Kiranya Kasih Tuhan tetap bersama kita.
Amen

Nelayan dan Profesor

Pada suatu sore, seorang profesor berencana menyeberang ke sebuah pulau. Tapi karena hari sudah sore maka seluruh kapal sewaan sudah tidak beroperasi, maka sang profesor terpaksa mencarter sebuah perahu kecil seorang nelayan, yang hanya bisa dimuat oleh 2 orang saja.

Setelah tawar menawar, maka mereka pun berangkat. Di perjalanan sambil menikmati suasana laut, yang tenang dan angin sepoi-sepoi, sang profesor bertanya kepada sang nelayan:,”apakah bapak mengerti matematika?”, sang nelayan menjawab, ”saya tidak pernah sekolah dan tidak tahu apa itu matematika”. Mendengar jawaban si nelayan, sang profesor berkata, ”itu berarti anda telah kehilangan ¼ kehidupan ini”, kata si profesor dengan angkuhnya. Lalu sang profesor bertanya lagi, ”kalau fisika bagaimana?”. Lalu jawab si nelayan, ”apalagi fisika,dengar saja belum pernah”. Lalu kata sang profesor ”berarti bapak telah kehilangan ¼ kehidupan lagi”. Mendengar jawaban si nelayan, sang profesor bertanya lagi ”bagaimana kalau kimia, apa bapak tahu?”. Kemudian jawab si nelayan lagi dengan polosnya ”waduh bapak profesor ini pertanyaannya, kok saya tidak tahu semua, memangnya kimia itu apa?”. Sang profesorpun dengan senyum angkuh, berkata "berarti secara keseluruhan anda telah kehilangan ¾ kehidupan ini”. Si nelayan pun tersenyum kecut, merasa dianggap bodoh.

Tiba-tiba langit gelap, dan badai melanda lautan, angin kencang disertai hujan yang menerpa perahu kecil mereka, perahu yang ditumpangi terombang-ambing ke kiri dan ke kanan, air masuk ke dalam perahu. Sang profesor ketakutan setengah mati, dan dalam ketakutan bertanya kepada si nelayan "tolong selamatkan saya?". Si nelayan dengan tenang dan tersenyum, bertanya "apakah pak profesor bisa berenang?”. Jawab si profesor dengan gemetar ”saya tidak bisa berenang!”. Lalu si nelayan berkata "kalau anda tidak bisa berenang, dan perahu ini tenggelam, maka anda bukan saja kehilangan ¼ atau  ¾ kehidupan tapi seluruh kehidupan anda”. Lalu si nelayan berkata lagi "tenang, saya akan menyelamatkan anda, dan berdoalah pada Tuhan agar kita bisa selamat ke darat".

sumber:
  • dikutip dan diedit, dari khotbah Pastor pada Misa di Gereja Katedral Larantuka, Nusa Tenggara Timur.
  • derosaryebed

Pramana, orang Aceh yang menjadi anak Tuhan

Pramana
Pramana, adalah seorang laki-laki asal Aceh. Pramana adalah seorang yang terpelajar dengan gelar dalam bahasa Arab dari universitas terkemuka di Aceh. Ia belajar Islam di Batam dan Singapura, dan meneliti kitab suci Islam selama bertahun-tahun. Dia juga seorang pembicara Muslim selama tiga tahun di sebuah masjid besar.

Pramana, dahulunya adalah seorang pengusaha sukses dan kaya, namun bangkrut setelah ditipu oleh seorang rekan. Dia terpaksa menjadi seorang salesman door-to-door.

Pramana menerima Yesus Kristus. Pramana mengatakan, "Saya adalah seorang pembicara dalam sebuah masjid, tapi saya berharap suatu hari saya bisa menjadi pembicara di sebuah gereja, untuk menjadi seorang pengkhotbah di Aceh. Saya yakin akan ada transformasi besar di Aceh". Meskipun ia akan menghadapi risiko besar. Begitulah Pramana berbagi imannya..

sumber:

Orang Ogan Katolik di Batu Putih Sumatra Selatan

Senin, 13 Februari 2012 14:18 WIB

Terbangan Ogan Katolik di Batu Putih
[Dok.Paroki]
Musik terbangan untuk menyambut kedatangan Mgr Aloysius Sudarso SCJ dalam acara peletakan batu pertama pembangunan pastoran dan gedung serbaguna Paroki Batuputih.
HIDUPKATOLIK.com - Para pemusik ”Terbangan”, beranggotakan tujuh orang lelaki, berpakaian adat Ogan, suku asli Sumatera Selatan. Tanjak gaya Melayu di kepala, sementara kemeja putih berserasi celana panjang hitam, berbalut kemban terlilit rapi di pinggang.

Mereka berjalan di antara sekitar 500 tamu sembari menabuh rebana mencipta ritmik hentak langkah mengiringi paduan suara Colours Choir yang berprosesi dari belakang panggung.

Setelah barisan paduan suara itu menempati panggung, pemusik terbangan pun undur diri. Perlahan kidung-kidung Natal pun mengalun syahdu penuh gairah. Dan, riuh penonton pun memecah ruangan, ketika Hudson Prananjaya mulai beraksi melengkapi pertunjukan malam itu.
Acara menjelang Natal ini, di Hotel Horison Palembang, Jumat, 9/12, ini bertajuk ”Charity Concert Colours Choir” digelar untuk penggalangan dana pembangunan pastoran dan gedung serbaguna Paroki Sang Penebus Batuputih, Sumatera Selatan. Uskup Agung Palembang, Mgr Aloysius Sudarso SCJ, hadir.

Selain bertujuan mengumpulkan dana, pertunjukan ini juga menjadi kesempatan mengangkat keberadaan Gereja Sang Penebus yang terletak di pinggiran sungai Lengkayap, Kabupaten Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan. Umat Gereja ini sebagian besar adalah penduduk suku asli Ogan.

Orang menyebut penduduk ini sebagai orang Ogan, karena penduduk suku ini berdomisili di sepanjang Sungai Ogan. Daerah domisili mereka dimulai dari pegunungan Bukit Barisan di Barat Daya meluas hingga ke kota Palembang di Timur Laut.

Secara lokal, suku ini disebut juga orang Pegagan yang diidentifikasi sebagai penduduk pribumi Sumatera Selatan. Fakta bahwa nama Ogan begitu penting terlihat dari lima kabupaten yang memakai nama Ogan, yakni Kabupaten Ogan Ilir, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Kabupaten Ogan Komering Ulu, Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan, dan Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur.

Kota yang menjadi pusat kehidupan suku Ogan adalah Baturaja. Letak Baturaja strategis, karena berada pada jalur kereta api dari Pelabuhan Panjang (Lampung) menuju Lubuk Linggau dan Palembang. 

"Colours Choir" dalam acara penggalangan dana untuk pembangunan pastoran dan gedung serbaguna Paroki Sang Penebus Batuputih, Sumatera Selatan. [Elis Handoko] 

Tradisi lokal 


Terbangan merupakan salah satu warisan budaya yang dimiliki suku Ogan. Biasanya, terbangan dipadu dengan seni gerak dan vokal rudat. Dalam konteks keagamaan, umat Batuputih baru menggunakan terbangan dan rudat untuk mengiringi perarakan pada acara-acara penting. Misalnya, penyambutan tokoh tertentu, prosesi liturgis pada hari raya Natal atau Paskah. ”Karena hal praktis, malam itu terbangan ditampilkan tanpa rudat,” kata Mathias Cekwan Effendi yang malam itu menjadi salah seorang dari penabuh rebana.

Menurut Cekwan, dengan iringan musik terbangan serta rudat inilah masyarakat Ogan dulunya biasa berkumpul demi maksud tertentu. Berkumpul sambil bernyanyi, berbalas pantun atau pun bertutur. Rudat berfungsi memperindah tabuhan. Syair dan bahasa tutur meneguhkan pesan dari pertemuan tersebut.

Rudat sebenarnya mengeksplorasi gerakan pencak silat lokal. Namun, untuk keperluan pesan yang lebih membumi, Cekwan mengajak teman-temannya memodifikasi dengan gerakan lain. Yakni, gerakan yang menghembuskan nafas hidup umat yang sebagian besar adalah petani. Jadilah, dalam rudat kreasi umat Batuputih sekarang muncul berbagai gerakan ritmis seperti menanam, mencangkul, memanen dan sebagainya. Untuk meneguhkan pesan isi bahasa tutur, musik terbangan dan rudat pun berkembang. Hingga lagu-lagu rohani dan gerejani pun memakai bahasa setempat.

Gereja Ogan 

Gereja Sang Penebus Batuputih bermula sekitar tahun 1940, berangkat dari kegundahan batin empat tokoh setempat, yaitu Alwie, Abdoel Hoelik, Damseh, dan Alisyuni, beserta sejumlah warga lainnya. Di bawah bimbingan seorang tokoh, mereka tengah mencari sosok Sang Hakim Akhir berjubah putih yang mampu menyelamatkan.

Pada 1947, utusan dari tokoh tersebut pergi ke Baturaja, sekitar 10 km dari Batuputih, untuk bertemu dengan asisten residen pemerintah Belanda. Di situlah mereka bertanya, di manakah bisa ditemukan sosok yang mereka cari itu. ”Kamu bisa menemuinya di Palembang. Bertanyalah kepada Uskup di sana!” tutur Frederikus Samsuddin ‘menirukan’ jawaban sang asisten residen waktu itu.

Tokoh umat tersebut pergi ke Palembang dan menghadap Mgr Henricus Martin Mekkelholt SCJ, Vikaris Apostolik Palembang waktu itu. Menanggapi maksud mereka, Mgr Mekkelholt mengutus Pastor Theodorus Borst SCJ mengunjungi Batuputih. ”Sejak saat itulah, Pastor Borst datang dari Baturaja ke Batuputih dengan naik sepeda. Seminggu sekali Pastor Borst mengajar kami di halaman rumah salah satu warga,” kata Samsuddin (78).

Frederikus Samsuddin [Elis Handoko] 

Pada 31 Oktober 1948, ada lima keluarga memberikan diri dibaptis. Jumlah mereka sekitar 24 orang. ”Kami dibaptis oleh Pastor Borst di rumah Bapak Abdoel Hoelik. Itulah Ekaristi pertama di Batuputih ini. Kita ikut-ikutan saja. Kami masih heran karena baru pertama melihat piala yang terbuat dari emas,” kenang Samsuddin sebagai salah seorang baptisan perdana dari suku Ogan.

Tak lama kemudian, penggembalaan dilanjutkan misionaris dari Belanda bernama Pastor Leo Kwanten SCJ. Setiap Sabtu malam, ia mengumpulkan bapak-bapak. Lalu, Minggu sore, giliran ibu-ibu yang mendapat pelajaran agama. Pastor Leo selalu mengabsen yang hadir. Selain pelajaran agama, ia juga mendirikan rumah darurat untuk sekolah, yang sekarang berkembang menjadi SD Xaverius.

Cara hidup jemaat awal ini ternyata menarik bagi sejumlah warga Ogan lainnya. Baptisan gelombang kedua terjadi pada 17 Februari 1949, ada sekitar 10 keluarga yang dibaptis. Angka ini terus bertambah seiring perjalanan waktu. 

Menurut statistik 2010, umat di paroki ini berjumlah 3842 orang. Jumlah terbesar berada di stasi pusat Batuputih, yakni 987 jiwa (98 persen suku asli Ogan). Dari jumlah penduduk Batuputih ini, 60 persen di antaranya beragama Katolik. 

Selain peduduk asli, ada pula umat lain dari berbagai etnik, seperti Jawa, Batak, Tionghoa, Sunda, dan Flores, yang menyebar di 17 stasi atau ”tempat Misa” dalam sebutan orang Ogan. Stasi paling dekat berjarak 25 kilometer. Sedangkan stasi terjauh berjarak 110 kilometer dengan waktu tempuh empat jam dengan mengendarai mobil.

Kini, Gereja Katolik Batuputih telah berusia lebih dari 60 tahun. Sejak berdirinya, Pastor yang melayani selalu bertempat tinggal di Pastoran St Petrus dan Paulus Baturaja. Paroki ini belum memiliki pastoran yang memadai.
Elis Handoko

sumber:
hidupkatolik.com

Nenek Pencuri Singkong

Di ruang sidang pengadilan, seorang hakim duduk tercenung menyimak tuntutan jaksa terhadap seorang nenek yang dituduh mencuri singkong. Nenek itu berkata bahwa hidupnya miskin, anak lelakinya sakit, dan cucunya kelaparan. Namun seorang laki yang merupakan manajer dari PT yang memiliki perkebunan singkong tersebut tetap pada tuntutannya, dengan alasan agar menjadi contoh bagi warga lainnya.

Hakim menghela nafas. dan berkata, “Maafkan saya, bu”, katanya sambil memandang nenek itu.

”Saya tak dapat membuat pengecualian hukum, hukum tetap hukum, jadi anda harus dihukum. Saya mendenda anda Rp 1 juta dan jika anda tidak mampu bayar maka anda harus masuk penjara 2,5 tahun, seperti tuntutan jaksa”.

 Nenek itupun tertunduk lesu, hatinya berdegup remuk redam. Namun tiba-tiba hakim mencopot topi toganya, membuka dompetnya kemudian mengambil dan memasukkan uang Rp 1 juta ke topi toganya serta berkata kepada hadirin yang berada di ruang sidang.

‘Saya atas nama pengadilan, juga menjatuhkan denda kepada tiap orang yang hadir di ruang sidang ini, untuk membayar denda sukarela, karena menetap di kota ini, dan membiarkan seseorang kelaparan sampai harus mencuri untuk memberi makan cucunya'.

"Saudara panitera, tolong kumpulkan dendanya dalam topi toga saya ini lalu berikan semua hasilnya kepada terdakwa.”

Sebelum palu diketuk nenek itu telah mendapatkan sumbangan uang sebanyak Rp 3,5 juta dan sebagian telah dibayarkan ke panitera pengadilan untuk membayar dendanya, setelah itu dia kembali dengan wajah penuh kebahagian dengan membawa uang denda sukarela dari seluruh orang yang hadir di ruang sidang.

Si nenek pun menangis bahagia, karena dengan hasil denda sukarela ini, si nenek pun bebas dari tuntutan.


catatan:
Pernahkah anda menemukan Hakim yang berhati mulia seperti ini ?
berharap dan berdoalah agar seluruh hakim di Indonesia dapat menjadi seperti ini.

Tuhan besertamu